Selasa, 26 September 2017

Makalah Landasan dan Asas Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
                                                
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik-sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan Filosofis, Psikologis, Sosiologis, Konstitusional dan cultural. yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan
Asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat  memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.
Dalam bab ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, Landasan tersebut adalah filosofis, psikologis, sosiologis, cultural serta konstitusional. Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Pendidikan seumur hidup, asas Tut Wuri Handayani, dan kemandirian dalam belajar.

B.     Rumusan Masalah
a.
Apakah yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
b. Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c. Apakah yang dimaksud dengan
Asas-asas pendidikan?
d. Apa sajakah
 Asas-asas pokok pendidikan?

C.    Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian
 landasan pendidikan.
b. Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengertian
Asas-asas pendidikan.
d. Untuk mengetahui
 Asas-asas pokok pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Landasan Pendidikan

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak putus dari generasi ke generasi manapun didunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu  diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian empat landasan itu (filosofis, sosiologis, cultural dan konstitusional) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Selanjutnya, terdapat satu landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan psikologis. Landasan psikologis akan membekali tenaga pendidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya. Pengkajian landasan psikologis tersebut akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis terhadap pengembangan jati diri peserta didik.

a.     Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani,  philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia. filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya  bersumber dari dua faktor, yaitu:
·         Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
·         Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. 
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
1.Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
2.Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).
Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
a. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
b. Masyarakat dan kebudayaannya.
c. Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
d. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat  filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat filsafat pendidikan itu adalah:
1.      Esensialisme.
Esensialisme merupakan filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan  secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya.
2.      Perenialisme
Adalah aliran pendidikan yang mengutamakan bahan ajar yakni kebenaran. 
3.      Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju.Manusia akan mengalami
perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran.

4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b.    Landasan Psikologis 
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.
·      Pengertian Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendidikan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakan teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi tiga kategori meliputi:
·         Kebutuhan fisiologis: kebutuhan mempertahankan hidup (makan, tidur istrahat dan sebagainya)
·         Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebas dari ketakutan
·         Kebutuhan akan cinta dan pengakuan kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok

c.      Landasan Sosiologis 
Manusia  yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya hewan, tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan. pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:
·         Pembagian pada anggotanya
·         Ketergantungan pada anggota
·         Ada kerjasama  anggota
·         Komunikasi antar anggota

1.      Pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua individu, bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang-cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1.      Hubungan pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:   
·         Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
·         Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
·         Hubungan antar kelas sosial
·         Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras, kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat
2.      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
·         Sifat  kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
3.      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
·         Sifat  kepribadian guru
·         Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa 
4.      sekolah dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:
·         Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
Dalam keempat bidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.

2.      Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:
·         Adanya interaksi antar warga warganya
·         Pola tingkah laku yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku.
  
d.    Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.

1.      Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:
·         Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
·         Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
·         Fisik yakni benda hasil karya manusia
2.      Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan  masyarakat indonesia yang majemuk dan akan  kaya kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh.
Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.

e.      Landasan Konstitusional
Pendidikan nasional di dasarkan atas landasan konstitusional atau UUD 1945 pada BAB XIII pasal 31 yang berbunyi :
Ayat 1 : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Ayat 2 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang ditetapkan dengan undang-undang.
Dalam pembukaan UUD 1945 dapat dilihat bahwa pemerintah :
1. Memajukan kesejahteraan umum
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B.     Asas-Asas Pokok Pendidikan 
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat tiga asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu, yaitu sebagai berikut:
1.      Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing NgarsaSung Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
·         Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).
·         Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).
·         Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).
2.      Asas Belajar Sepanjang Hayat (seumur hidup)
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. 
3.      asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.

 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
Semoga apa yang kami sampaikan berguna bagi kedepannya, dan menjadi tolak ukur bagi kita untuk menuju sebuah kemajuan dalam dunia pendidikan kita.

 
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa
Timur, Jilid I.Jakarta: Balai Pustaaka.

Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana MengaktifkanSiswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perkembangan Pendidikan Pada masa Kerajaan Islam di Jawa dan Sumatra Pra Kolonialisme

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, telah ada beberapa kerajaan Islam yang ber...