Rabu, 13 September 2017

Keadaan Perekonomian Negara Laos



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Negara Laos salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa. Laos adalah negara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Namun mempunyai lembah sungai yang subur yaitu lembah sungai mekong. Hampir sepanjang dekade 1990-an sebagian besar negara Asia Tenggara mencapai kemakmuran yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi membuat banyak masyarakat Asia Tenggara terangkat dari kemiskinan, pendidikan tersebar luas, kelas menengah bermunculan dan Asia Tenggara semakin urban. Kawasan yang selalu terbuka terhadap pengaruh dari seluruh dunia ini menjadi saksi dimulainya globalisasi yang bahkan lebih intensif selama dekade ini. Namun, krisis moneter dan ekonomi yang berawal di Asia Tenggara melanda duniapada akhir 1990-an. Ketika sepanjang satu dekade berikutnya Asia Tenggara mencoba memulihkan diri dari krisis meski dengan hasil beragam, kawasan ini kembali diterpa krisis moneter dan ekonomi yang kali ini datang dari Barat.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimanakah Keadaan Perekonomian Negara Laos ?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perekonomian Negara Laos

Laos melanjutkan kebijakan ekonomi yang telah dimulai pada tahun 1980-an. Walaupun negara ini tidak bisa menyediakan lebih banyak tenaga kerja terlatih atau sumber daya manusia, Laos berupaya memasarkan diri sebagai tujuan investasi asing. Isu infrastruktur disini lebih serius dari pada di Vietnam, sementara perusahaan patungan tetap sedikit jumlah dan ukurannya. Salah saru Ekspor utama laos adalah tenaga listrik yang dibangkitkan melalui pembangkit listrik tenaga air dan ditransmisikan ke thailand. Walaupun begitu, sebagian besar penduduk laos masih belum menikmati listrik. Ekonomi laos secara keseluruhan masih sangat terikat dan tergantung pada Thailand. Hampir semua barang konsumsinya di impor dari seberang Sungai Mekong.[1]

Negara Laos salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa, memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997.

Karena Negara Loas ekonominya sangat terkait dengan Thailand, Laos juga terpengaruh krisis ekonomi. Bath Thailand tetap digunkanan secara luas di Laos sejak dibukanya ekonomi Loas. Depresiasi Bath otomatis menurunkan nilai mata uang Loas. Modal Asing yang lari dari Laos memang relatif sedikit, tetapi investasi tetap saja melambat. Cina dengan peran ekonomi yang semakin penting muncul sebagai investor utama dalam berbagai proyek niaga dan infrastruktur di Laos. Sementara itu, negara terus membuka pintunya bagi industri pariwisata, sumber valuta asing yang sangat dibutuhkan dan merangsang pertumbuhan di sektor jasa. [2]

Dibandingkan dengan negara-negara di sekelilingnya, perekonomian Laos memang tertinggal. Ketertinggalan ekonomi Laos juga tampak dari kondisi Vientiane yang menjadi jantung kota utama. Dibandingkan dengan Jakarta, kondisinya jauh berbeda. Tidak ada gedung hingga bertingkat delapan. Tidak ada infrastruktur kereta api. Tidak ada jalan tol, apalagi jalan layang. Jika dibandingkan, kondisinya hampir sama dengan ibu kota provinsi di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Semarang.

Pendapatan per kapitanya tercatat 986 dollar AS per tahun. Pendapatan per kapita Thailand tercatat 4.700 dollar AS, Kamboja 700 dollar AS, sedangkan Singapura mencatat pendapatan per kapita tertinggi sebesar 37.000 dollar AS.Tapi semenjak Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986 dan juga saat pemerintah Laos menetapkan kebijakan perubahan jangka panjang dalam struktur ekonomi Laos dengan membuka kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta, persaingan pasar bebas, dll pada tahun 1991, perekonomian Laos pun berkembang pesat.

Infrastruktur serta sarana dan prasarana yang belum merata di tiap daerah merupakan suatu hambatan serius dalam kemajuan negara ini, padahal Laos memiliki hasil alam berupa produk tembaga, timah, emas dan gypsum yang menjanjikan, serta sektor pariwisata yang berkembang dengan pesat.

Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir. Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaab atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih memengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas.

Dalam sejarahnya di Indocina, dimana tehnik pengairan dan permodalan Prancis memungkinkan untuk membuka tanah-tanah baru yang sangat luas bagi penanaman padi dan pohon karet.[3] Saat ini pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini. Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dibandingkan dengan negara-negara di sekelilingnya, perekonomian Laos memang tertinggal. Ketertinggalan ekonomi Laos juga tampak dari kondisi Vientiane yang menjadi jantung kota utama. Dibandingkan dengan Jakarta, kondisinya jauh berbeda. Tidak ada gedung hingga bertingkat delapan. Tidak ada infrastruktur kereta api. Tidak ada jalan tol, apalagi jalan layang. Jika dibandingkan, kondisinya hampir sama dengan ibu kota provinsi di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Semarang.

Pendapatan per kapitanya tercatat 986 dollar AS per tahun. Pendapatan per kapita Thailand tercatat 4.700 dollar AS, Kamboja 700 dollar AS, sedangkan Singapura mencatat pendapatan per kapita tertinggi sebesar 37.000 dollar AS.Tapi semenjak Laos mulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986 dan juga saat pemerintah Laos menetapkan kebijakan perubahan jangka panjang dalam struktur ekonomi Laos dengan membuka kesempatan untuk penanaman modal asing dan swasta, persaingan pasar bebas, dll pada tahun 1991, perekonomian Laos pun berkembang pesat.


DAFTAR PUSTAKA

Richlefs M.C., Bruce Lochart, Portia Reyes dan Maitrii Aung-Thwin, 2013, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer, Yogyakarta: Komunitas Bambu.

Sudharmono, 2012, Sejarah Asia Tenggara Modern, Dari penjajahan ke kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.


[1] Richlefs, 2013, hlm. 701
[2] Richlefs, 2013, hlm. 728
[3] Sudharmono, 2012, hlm. 113

3 komentar:

  1. Baccarat | Online Casino for real money - Wolverione
    Online casinos are a huge worrione attraction for gamblers. choegocasino Players can experience 샌즈카지노 online casino games from an array of different game providers and variants. In

    BalasHapus

Perkembangan Pendidikan Pada masa Kerajaan Islam di Jawa dan Sumatra Pra Kolonialisme

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, telah ada beberapa kerajaan Islam yang ber...