Sabtu, 03 Maret 2018

Makalah Penyatuan Jerman dan Dampaknya


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Kekalahan Jerman dalam perang dunia kedua membuat wilayahnya terbagi-bagi. Dalam ketegangan antara dua negara adikuasa setelah berakhirnya perang dunia kedua yaitu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Negara Jerman dibagi menjadi empat zona pendudukan. Ibu Kota lama Berlin, sebagai pusat dewan kontrol tentara sekutu sendiri dibagi menjadi empat zona. Kedatangan perang dingin  menyebabkan Perancis, Britania Raya dan Amerika Serikat menggabungkan zona-zona mereka kedalam Republik Faderal Jerman (dan Berlin Barat) pada 1947, tidak termasuk zona ini Uni Soviet yang kemudian menjadi Republik  Demokratik Jerman (termasuk Berlin Timur).[1]
Jerman Barat dan Jerman Timur kedua-duanya mengklaim sebagai pengganti sah bagi penduduk Kerajaan Jerman yang lama (Deutsches Reich). Bagaimanapun juga, Jerman Timur mengubah pendapatnya selepas itu, dan menyatakan bahwa Negara Jerman telah berhenti pada tahun 1945 dan bahwa keduanya Jerman Barat dan Jerman Timur adalah Negara baru.
Pada Perundingan Postdam tanggal 2 agustus 1945 Jerman di bagi menjadi dua yaitu :
a.     Jerman Barat Ibu kota di Bonn        
Di kuasai oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Blok Barat menganut paham liberal-kapitalis.
b.    Jerman Timur Ibu kota di Berlin Timur yang di kuasai oleh Uni Soviet. Blok Timur ini menganut paham sosialis komunis.
Dengan berjalannya waktu, antara Jerman Barat dan Jerman Timur terjadi suatu kemajuan yang berbeda. Jerman Barat dengan paham Liberal Kapitalis membawanya lebih maju dibandingkan dengan Jerman Timur. Hal ini membuat penduduk Jerman Timur yang secara diam-diam pergi ke Jerman Barat agar bisa maju seperti penduduk Jerman Barat. Untuk mencegah perpindahan penduduknya, Pemerintah Jerman Timur dibantu oleh Uni Soviet membangun Tembok Berlin.
Pada akhir Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, rakyat Jerman Barat dan Jerman Timur menginginkan kembalinya persatuan Jerman. Banyak upaya yang dilakukan oleh pihak Jerman Barat dan Jerman Timur dalam memperjuangkan persatuan Jerman. Mengenai hal tersebut, penulis akan membahasnya secara rinci di dalam hasil pembahasan makalah ini.

B.            Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah keadaan Jerman Barat dan Jerman Timur?
2.    Bagaimanakah Proses Bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur?
3.    Bagaimanakah Dampak yang terjadi setelah bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur?

C.           Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui Keadaan Jerman Barat dan Jerman Timur.
2.    Untuk mengetahui Proses Bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur.
3.    Untuk mengetahui Dampak yang terjadi setelah bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur.


BAB II
PEMBAHASAN

1.             KEADAAN JERMAN BARAT DAN JERMAN TIMUR
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, Jerman direbut dan diduduki oleh tentara sekutu. Akibat dari kekalahan tersebut, setiap kota yang ada di Jerman mengalami kehancuran baik dalam infrastruktur maupun yang lainnya. Saat diduduki tentara sekutu dibagi menjadi empat zona kependudukan. Bahkan ibukota lama Jerman, Berlin sebagai pusat kontrol dari tentara sekutu dibagi menjadi empat zona.
Dengan munculnya Perang Dingin (Cold War), Berlin pun terancam pecah karena terjadi pembagian kewenangan  pengurusan wilayah antara Blok Barat dan Timur.[2] Hal ini sama seperti yang digambarkan oleh Marvin Perry sebagai berikut :  Republik Federal Jerman, yang dibentuk dari tiga zona barat pendudukan, berhadapan dengan suatu Republik Demokratik Jerman yang didominasi Uni Soviet di timur pada 1945, dua Jerman baru yang dihukum telah muncul. Republik Federal Jerman, yang dibentuk dari tiga zona barat pendudukan, berhadapan dengan suatu Republik Demokratik Jerman yang didominasi Uni Soviet di timur. Trauma nasional akan Jerman yang disekat mencapai puncak pada Agustus 1961, ketika pemerintahan Jerman Timur mendadak mendirikan sebuah tembok, yang memecah kota Berlin dan selama puluhan tahun menutup Jerman Timur dari Jerman Barat. [3]
Setelah berdirinya dua negara Jerman tersebut, Jerman Barat (Republik Federal Jerman) yang terdiri dari gabungan tiga zona di wilayah barat digunakan oleh front barat (Inggris, Perancis dan Amerika Serikat) untuk mendukung pertahanan Eropa Barat dari ancaman Front Timur (Uni Soviet) di benua Eropa.  Jerman Barat merupakan wilayah yang sangat penting bagi Front Barat seperti yang dijelaskan oleh Marvin Perry, yaitu Republik Federal Jerman (yang jauh lebih besar dari pada rekan komunisnya di timur dan paling padat dari semua negeri Eropa Barat) mulai membangun identitas politiknya sendiri. Konrad Adenauer, kanselir dari 1949 hingga 1963, adalah pahlawan pendiri Republik Federal Jerman dikenal sebagai anti-Nazi yang berani pada tahun-tahun Hitler berkuasa, dia mewakili tradisi demokratik-liberal pro-Barat Republik Weimar. Tujuannya sederhana : mengembalikan kehormatan kepada Jerman bekerjasama dengan Amerika Serikat dan negara-negara terkemuka Eropa.[4] Sebagai seorang patriot, dia membangun kontinuitas secara berhati-hati dengan masa lampau Jerman, memikul tanggung jawab atas kejahatan rezim Nazi. Dengan adanya kesempatan, Jerman Barat memacu diri untuk membangun kembali ekonomi dan negera mereka, dengan cepat menciptakan suatu benteng kekuatan ekonomi. Seluruh dunia mengagumi “keajaiban ekonomi Jerman Barat. Kebijakan Adenauer ini dapat melunasi utang dalam beberapa tahun Jerman Barat mendapatkan kembali kedaulatannya. Pada 1955, Jerman Barat yang berhaluan liberal kapitalis sama dengan Amerika Serikat menjadi anggota NATO, dan pada 1957 negera Jerman Barat adalah anggota pendiri Komunitas  Ekonomi Eropa, dimana segera menjadi negara yang penting.
Sedangkan Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman) menurut Marvin Perry, Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) mula-mula mengalami nasib yang sama seperti semua negera satelit Uni Soviet. Di bawah kepemimpinan para Komunis Jerman, yang menghabiskan tahun-tahun Nazi di Uni Soviet, industri dinasionalisasi, pertanian dikolektivikasi, dan rakyat diatur di bawah Komunisme (di sini disebut partai Kesatuan Sosialis).[5] Tetapi protes-protes terhadap Stalinisme di sini tampak lebih awal dari pada tempat lain. Pada Juni 1953, para pekerja di Berlin melakukan suatu pemberontakan dan mendapat beberapa keringanan. Kemudian tenaga manusia yang ahli pergi ke Jerman Barat, sebagian besar melalui Berlin Barat, lebih dari 3 juta orang lolos sebelum pemerintahan Jerman Timur membangun “Tembok Berlin” yang terkenal buruk dan juga membangun rintangan-rintangan yang mematikan di sepanjang seluruh perbatasan dengan Jerman Barat pada Agustus 1961 yaitu menempatkan militer untuk menembak siapa saja yang ingin mencoba pergi ke Jerman Barat, atas kejadian ini untuk sementara waktu, hubungan antara Jerman Barat dan Jerman Tmur berhenti.
Walaupun Jerman Timur menjadi negara terkaya dan negara yang paling maju di Blok Timur, banyak dari warganya yang masih melihat kebarat untuk kebebasan politik dan kemakmuran ekonomi. Pelarian orang Jerman Timur kenegara non-komunis melalui Berlin Barat menyebabkan Jerman Timur menegakkan satu sistem penjagaan perbatasan ketat tembok Berlin pada 1961 untuk mencegah pelarian massal ini.[6]
Hal ini serupa dengan pernyataan Wahjudi Djaja yaitu: Dalam perjalanan pemerintahannya, Jerman Barat mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat daripada Jerman Timur.[7] Oleh sebab itu, banyak orang dari Jerman Timur yang memutuskan untuk hijrah ke Jerman Barat. Namun karena saat itu terjadi Perang Dingin antara Amerika dan Uni Soviet, Uni Soviet merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat. Oleh karena itu Uni Soviet membiayai dan mendukung untuk membangun sebuah tembok yang berada di Kota Berlin yang menyebabkan terbelahnya kota itu. Selain itu di tembok ini, Uni Soviet juga menyiagakan tentaranya agar menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyeberang. Kemudian tembok ini sangat dikenal orang sebagai simbol bagi Perang Dingin.
Richard Pipes menjelaskan mengenai keadaan masyarakat Jerman Timur, sebagai berikut: “The popularity of the German Democratic Republic may be gauged by the fact that from the time of its establishment until 1961 (when the construction of the Berlin Wall put an end to the population movement) 2.7 million per sons, or an average of 700 a day, fled from east to west Germany”.[8] Yang berarti : “Popularitas Republik Demokratik Jerman dapat diukur oleh fakta bahwa dari waktu berdirinya sampai 1961 (saat pembangunan Tembok Berlin yang bermaksud untuk mengakhiri perpindahan penduduk ) 2,7 juta per anak, atau rata-rata 700 hari , melarikan diri dari timur ke Jerman Barat”.

2.             PROSES BERSATUNYA JERMAN BARAT DAN JERMAN TIMUR
Pada bulan Agustus 1989, pemerintahan reformis Hungaria melonggarkan peraturan ketat di perbatasannya dengan Austria, dan ribuan warga Jerman Timur bisa melarikan diri ke barat melalui Hongaria perpindahan warga Jerman Timur ke Jerman Barat terus berlanjut, antara lain melewati Polandia. Sementara itu, demonstrasi menentang rezim Jerman Timur berawal di tanah air sendiri, terutama demonstrasi di Lipzig. Pada peringatan hari ulang tahun ke-40 Jerman Timur, Gorbachev berkunjung ke sana tanggal 6-7  Oktober 1989. Dalam kunjungannya itu, ia memberikan dukungan kepada para pemimpin Jerman Timur untuk menerima perubahan. Selanjutnya pada tanggal 18 Oktober terjadi perubahan kepemimpinan di Jerman Timur dengan mundurnya Erich Honecher, dan digantikan oleh Egon Krenz, yang kemudian diikuti oleh bubarnya kabinet pemerintahan. Kejadian itu memicu warga Jerman Timur pergi ke perbatasan, dan merusak tembok Berlin.
Pemilihan umum pertama dan satu-satunya dalam sejarah Jerman Timur dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 1990. Kemudian pemerintahan yang terbentuk setelah pemilu itu, diberi mandat untuk berunding dengan Jerman Barat mengenai kesepakatan penggabungan kedua Negara tersebut. Setelah terjai kesepakatan maka tidak lama kemudian bubarlah kabinet Jerman Timur. Selang lima hari kemudian Tembok Berlin dan perbatasan lainnya dinyatakan terbuka. Sejak itu jutaan warga Jerman Timur mengunjungi Jerman Barat dengan leluasa. Meskipun  Tembok Berlin telah dinyatakan terbuka, namun proses reunifikasi atau penyatuan kedua Jerman tersebut baru terjadi pada pertemuan Ottawa. Ada kebutuhan untuk mencari tempat di tengah masyarakat Eropa, untuk memperbesar dan mewujudkan Jerman yang lebih kuat, tanpa sekali lagi memisahkan bagian yang ada.[9] Harapan dari adanya penyatuan ini membuat Jerman tidak terpecah lagi dan berusaha untuk membangun persatuan.
Pertemuan yang diadakan tanggal 20 November 1989 di Ottawa. Pertemuan itu menggariskan formula “Dua Plus Empat” bagi proses penyatuan Jerman. Maksud Rumus “ dua plus Empat “ itu adalah konferensi itu di ikuti oleh dua negara Jerman, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur, di tambah empat Negara sekutu yang sebelumnya menguasai Jerman, yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, serta Perancis. Selanjutnya pada tanggal 14 Februari 1990 kanselir Helmut Kohl dan rekannya dari Jerman Timur Hans Modrow setuju untuk mempersiapkan penyatuan mata uang dan ekonomi kedua Negara.[10]
Kemudian pada tanggal 24 April 1990 Kohl dan de Maiziere menetapkan penyatuan ekonomi dan moneter Jerman, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan menetapkan Deutsche Mark sebagai mata uang  Jerman. Penyatuan Jerman tidak terbatas hanya pada persoalan ekonomi, namun menyangkut pula bidang militer. Semula Menlu Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam pertemuan “ Dua plus Empat” pertama di Bonn mengajukan usulan agar jerman bersatu dalam lima tahun pertama tetap dalam pakta Warsawa atau netral, namun usul ini ditolak NATO.
Akhirnya Moskow menyetujui Jerman bersatu bergabung dalam NATO dengan tidak menganggap lagi pakta Warsawa sebagai musuh. Pada tanggal 13 Agustus 1990 parlemen Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober 1990 sebagai hari penggabungan kembali kedua Jerman. Dalam sidang parlemen tersebut, 294 suara mendukung, 62 suara  melawan, serta 7 suara absen. Proses Penyatuan Jerman akhirnya dilakukan lebih cepat dari rencana semula, yaitu pada tanggal 3 Oktober 1990. Selanjutnya enam hari berikutnya tembok Berlin yang selama ini memisahkan kedua Negara tersebut segera dirobohkan.

3.             DAMPAK BERSATUNYA JERMAN BARAT DENGAN JERMAN TIMUR
A.           DI BIDANG POLITIK DAN MILITER
Dengan bersatunya Jerman Timur dan Jerman Barat (Republik Federal Jerman) secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1990 mengakibatkan hilangnya pengaruh Komunisme Uni Soviet di Jerman. November 1990, Jerman mengadakan pemilihan umum bebas pertama sejak 1932. Pemilihan Umum itu menghasilkan suara terbanyak untuk koalisi Helmut Kohl yang dahulunya adalah kanselir Jerman Barat (1982-1990). Dengan kemenangan ini, maka ideologi pemerintahan yaitu Liberal Kapitalis dan secara resmi mengakhiri ideologi komunis di Jerman.
Penyatuan Jerman tidak terbatas hanya pada persoalan politik, namun menyangkut pula bidang militer. Menteri Luar Negeri Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam pertemuan “ Dua plus Empat” di Bonn mengajukan usulan agar Jerman bersatu dalam lima tahun pertama tetap dalam pakta Warsawa atau netral, namun usul ini ditolak NATO karena pihak yang menang dalam pemilu adalah liberal kapitalis. Akhirnya Moskow menyetujui Jerman bersatu bergabung dalam NATO dengan tidak menganggap lagi pakta Warsawa sebagai musuh. Hal ini agar membuat ketegangan tidak timbul kembali diantara mereka

B.            DAMPAK DI BIDANG SOSIAL
Sebelum Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu, banyak masyarakat dari Jerman Timur yang diam-diam mencoba untuk melarikan diri ke Jerman Barat, karena hancurnya perekonomian di Jerman Timur dan tidak ada kebebasan bagi masyarakat Jerman Timur untuk bebas dalam bersaing dan mengembangkan kemampuannya serta agar idak diatur semua oleh negara. Hal ini juga diakibatkan dari lemahnya ekonomi Jerman Timur sebelum bersatu dengan Jerman Barat. Kebanyakan industri-industri yang ada di bekas wilayah Jerman Timur telah ditinggalkan karena kalah bersaing, sehingga banyak menimbulkan pengangguran di beberapa daerah. Hal ini yang mendorong masyarakat Jerman Timur untuk pergi ke Jerman Barat. Namun setelah bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur, masyarakat Jerman Timur dapat dengan mudah datang ke Jerman Barat tanpa harus sembunyi-sembunyi, begitu juga sebaliknya. Masyarakat Jerman dapat dengan mudah berinteraksi. Berinteraksinya ini mereka belajar mengenai segala segi keidupan yang tidak mereka alami sebelumnya, dan mereka dapat memperbaiki keadaaan ekonomi mereka, dan juga negara membantu dalam membangun ekonomi dibekas negara Jerman Timur.

C.           DAMPAK DI BIDANG EKONOMI
Biaya persatuan ulang yang telah menimbulkan suatu beban yang berat kepada ekonomi Jerman dan telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jerman menjadi tersendat-sendat dalam tahun-tahun terakhir ini. Sebab utama untuk biaya yang sangat besar ini adalah lemahnya ekonomi Jerman Timur, khususnya jika dibandingkan dengan Jerman Barat; lalu nilai tukar di antara mata uang Jerman Timur dan Jerman Barat yang secara artifisial ditinggikan demi alasan politik, dengan hasil Jerman Barat harus melunasi rekening ini.
Walaupun dilakukan investasi besar-besaran oleh Jerman Barat, banyak perusahaan Jerman Timur hancur ketika harus bersaing dengan Jerman Barat. Pemerintah Jerman memberikan lebih dari 10 milyar demi perkembangan negara-negara bagian yang terletak di bekas wilayah Jerman Timur. Selama tahun 1980-an, ekonomi kapitalis Jerman Barat menjadi makmur, sedangkan ekonomi komunis Jerman Timur merosot.
Industri yang dulu tidak perlu bersaing karena didukung oleh pemerintah Jerman Timur harus diswastanisasikan, seringkali hal ini menghasilkan kebangkrutan mereka.[11] Sebagai akibat daripada persatuan ulang, kebanyakan bekas wilayah Jerman Timur telah kehilangan industrinya, menyebabkan suatu pengangguran yang banyak di beberapa bagian daerah. Semenjak itu, ratusan ribu warga mantan Jerman Timur secara berkesinambung berhijrah ke wilayah barat untuk mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan wilayah timur kehilangan tenaga-tenaga kerja profesional.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, Jerman direbut dan diduduki oleh tentara sekutu. Akibat dari kekalahan tersebut, setiap kota yang ada di Jerman mengalami kehancuran baik dalam infrastruktur maupun yang lainnya. Saat diduduki tentara sekutu dibagi menjadi empat zona kependudukan. Bahkan ibukota lama Jerman, Berlin sebagai pusat kontrol dari tentara sekutu dibagi menjadi empat zona. Dengan munculnya Perang Dingin (Cold War), Berlin pun terancam pecah karena terjadi pembagian kewenangan  pengurusan wilayah antara Blok Barat dan Timur. Hal ini sama seperti yang digambarkan oleh Marvin Perry sebagai berikut :  Republik Federal Jerman, yang dibentuk dari tiga zona barat pendudukan, berhadapan dengan suatu Republik Demokratik Jerman yang didominasi Uni Soviet di timur pada 1945. Jerman barat berideologi liberal kapitalis dengan Amerika Serikat, Perancis dan Inggris. Sedangkan Jerman Timur dengan ideology Sosialis komunis yang Uni Soviet sebagai negara yang menduduki.
Proses bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur mencapai puncaknya ketika diadakan Pemilihan umum pertama dan satu-satunya dalam sejarah Jerman Timur dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 1990. Kemudian pemerintahan yang terbentuk setelah pemilu itu, diberi mandat untuk berunding dengan Jerman Barat mengenai kesepakatan penggabungan kedua Negara tersebut. Setelah terjadi kesepakatan maka tidak lama kemudian bubarlah kabinet Jerman Timur. Selang lima hari kemudian Tembok Berlin dan perbatasan lainnya dinyatakan terbuka. Sehingga menandai bersatunya kembali Jerman Barat dengan Jerman Timur.
Dampak Bersatunya Jerman Barat Dengan Jerman Timur menghiasai berbagai aspek antara lain dalam bidang Politik, Militer, Sosial dan Ekonomi. Dalam bidang politik, bersatunya Jerman Barat dengan Jerman Timur membuat hanya ada satu ideology resmi yaitu liberal kapitalis karena memenangkan pemilu pertama. Dalam Bidang Politik, Jerman menjadi anggota NATO dan arah kebijakan negara selalu kepada Amerika Serikat atau liberal, yang sebelum terjadinya penyatuan Jerman Timur mengarah kepada Uni Soviet. Dalam Bidang Sosial terjadinya kesenjangan antara Jerman Barat yang lebih maju dibandingkan dengan Jerman Timur yang lebih miskin. Hal itulah yang menyebabkan rakyat Jerman Timur untuk pergi ke Jerman Barat. Setelah bersatu, mereka berinteraksi tanpa ada yang menghalangi dan saling bertukar pikiran dalam segala aspek kehidupan. Dalam Bidang Ekonomi, Jerman Barat lebih maju dengan Jerman Timur memberikan bantuan dana untuk membangun perekonomian bekas negara Jerman Timur.

B.            Saran
Ketika kita membuat sebuah makalah tentang Penyatuan Jerman, sebaiknya kita membaca beberapa referensi dalam beberapa buku. Hal ini bertujuan agar makalah yang kita buat terhindar dari kesalahan dengan pembaca. Bisa saja pembaca sudah mengetahui hal tentang identitas dari makalah yang akan kita buat, sehingga tidak membuat pembaca bingung dengan makalah yang kita buat ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan yang membacanya.


DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Wahjudi. 2012. Sejarah Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta: Ombak.

Hardi.1988. Menarik Pelajaran Dari Sejarah. Jakarta : Haji Mas Agung

Geiss, Imanuel. 1997. The Question of German Unification 1806-1996. London: Routledge

K.L.M..1986. Perang Dingin. Jakarta : PT. Gunung Agung.

M.C. Ricklefs.2005, Berakhirnya Perang Dingin..Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Prancis Hingga Zaman Global. Terjemahan Saut Pasaribu. Bantul: Kreasi Wacana.

Pipes, Richard. 1981. Modern Europe. Georgetown: The Dorsey Press.

Susilo Adi Taufik. 2009. Mengenal Benua Eropa. Jogjakarta: Garasi.



[1] Hardi.1988. Menarik Pelajaran Dari Sejarah. Jakarta : Haji Mas Agung
Hal. 89
[2] Susilo Adi Taufik. 2009. Mengenal Benua Eropa. Jogjakarta: Garasi.
Hal 109
[3] Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Revolusi Prancis Hingga Zaman Global. Terjemahan Saut Pasaribu. Bantul: Kreasi Wacana. Hal 420
[4] Ibid, Hal 421
[5] Ibid, Hal 435-436
[6]  K.L.M..1986. Perang Dingin. Jakarta : PT. Gunung Agung. Hal. 78
[7] Djaja, Wahjudi. 2012. Sejarah Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta : Ombak. Hal 210
[8] Pipes, Richard. 1981. Modern Europe. Georgetown: The Dorsey Press. Hal 293
[9] Geiss, Imanuel. 1997. The Question of German Unification 1806-1996. London : Routledge. Hal 105
[10] Djaja, Wahjudi. Log Cit. Hal. 215
[11] M.C. Ricklefs. 2005. Berakhirnya Perang Dingin. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perkembangan Pendidikan Pada masa Kerajaan Islam di Jawa dan Sumatra Pra Kolonialisme

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, telah ada beberapa kerajaan Islam yang ber...